Kamis, 23 Juli 2015

Patofisiologi Anemia



LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) 1
ANEMIA

CIRCULATION AND OXYGENATION
Semester 4




Description: Description: G:\download\images.jpeg

Oleh:
Sri Handayani                G1D013037
Rani Perdani Hasri        G1D013038
Yola Jatmika Putri         G1D013040
Eky Sulistio                     G1D013041
Naufal Afada                  G1D013042
Tri Zuniati                      G1D013043
M Ilyas Al Araafi           G1D013046
Sukmawati CitaLestari  G1D013047
Tri Poniasih                     G1D013048
Sarah Rasmita                 G1D013049




Kelompok 4


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Saat ini anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Penyebabnya adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan), luka bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat dari segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem imunitas tubuh, morbiditas (Bakta, 2006). Oleh karena itu, dilaporan PBL ini akan membahas lebih dalam tentang anemia yang terjadi pada kasus yang sudah kami diskusikan.

B.     Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui :
1.      Definisi Anemia
2.      Macam-macam Anemia
3.      Etiologi
4.      Patofisiologi
5.      Manifestasi Klinis
6.      Penatalaksanaan
7.      Proses anemia menyebabkan penurunan perfusi
8.      Masalah Keperawatan

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Definisi Anemia
1.      Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008)
2.      Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006)
3.      Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.
4.      Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
B.     Macam-macam Anemia
1.      Anemia hipoproliferatif
a.       Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh penurunan sel perkusor dalam sum-sum tulang dan penggantian sum-sum tulang dengan lemak.
b.      Anemia pada penyakit ginjal
Anemia pada penyakit ginjal adalah anemia yang disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin.
c.       Anemia penyakit kronis merupakan anemia yang disebabkan adanya penyakit yang kronis sehingga terjadi penurunan sedang ketahanan hidup sel darah merah.
d.      Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total menurun dibawah tingkat normal (besi digunakan untuk sintesa hemoglobin).
e.       Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat menunjukan perubahan yang sama antara sum-sum tulang dan darah tepi, karena kedua vitamin tersebut essensial bagi sintesi DNA nomal.
2.      Anemia hemolitika turunan.
a.       Sferositosis turunan
Sferositosis turunan merupakan anemia hemolitika yang ditandai dengan sel darah merah kecil berbentuk sferis dan pembesaran limpa (splenomegali).
b.      Anemia sel sabit
Anemia sel sanit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.
(Smeltzer, 2007)

C.    Etiologi Anemia
Menurut Tarwoto, dkk (2010) Tidak terpenuhinya konsumsi zat besi. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi, serta remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan. Selain itu, pada remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria sehingga zat besi dalam tubuh terus berkurang.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a.       Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah kejaringan.
b.      Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena:
a.       Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi kebutuhan
1)      Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)
2)      Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
b.      Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi
1)      Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam.
2)      Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
3)      Pada penderita menahun seperti TBC.
c.       Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:
1)      Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.
2)      Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya.
3)      Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.
Menurut sumber lain etiologi penyebab terjadinya anemia yaitu sebagai berikut.
1)      Produksi sel darah merah tidak mencukupi
2)      Produksi sel darah merah prematur
3)      Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
4)      Kehilangan darah
5)      Kekurangan nutrisi, seperti defisiensi besi, asam folat, dan vitamin B12
6)      Faktor genetik
7)      Penyakit kronis















D.    Patofisiologi Anemia

E.     Manifestasi Klinis Anemia
Manifestasi klinis yang akan terjadi pada penderita Anemia yaitu sebagai berikut.
1)      Badan lemah
2)      Lelah
3)      Lesu
4)      Cepat lelah
5)      Mata berkunang-kunang
6)      Telinga mendenging
7)      Koilorikia
Koilorikia adalah kuku sendok (spoon nail). Kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok
8)      Atrofi papila lidah
Atrofi papila lidah adalah permukaan lidah yang menjadi licin dan mengkilap karena papila lidah menghilang.
9)      Stomatitis angularis
Stomatitis angularis adalah adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak bercak berwarna pucat keputihan.
10)  Disfagia
Disfagia adalah nyeri menelan karena kerusakan hipofaring.
11)  Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan klorida.
12)  Aktivitas kurang

F.     Penatalaksanaan Anemia
1.      Identifikasi penyebab anemia dan obati penyebabnya
2.      Berikan diet yang sesuai
3.      Berikan vitamin untuk mendukung memulihkan komponen darah yang hilang.
4.      Berikan preparat zat besi (ferosulfat) 325 mg 3x1 sehari selama paling sedikit 6 bulan untuk menggantikan cadabgan zat besi (Price & Wilson, 2005).
5.      Anjurkan pasien istirahat yang cukup.
6.      Jika Hb < 7% berikan transfusi darah sesuai dengan komponen darah yang hilang (Halim-Mubin, 2001).


G.    Anemia Menyebabkan Penurunan Perfusi
Semua anemia mengakibatkan penurunan sel darah merah, nilai hematokrit dan hemoglobin. Salah satu fungsi darah adalah membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. Sekitar 97-98,5 % O2 ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2 / Oksihaemoglobin). Jika O2 yang diangkut menurun, maka akan terjadi gangguan karena suplai O2 yang kurang ke jaringan. Gejala tergantung pada durasi, tingkat keparahan dan usia penderita serta status kesehatan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan gangguan perfusi jaringan, dan berdampak pada organ yang mendapat suplai O2 sedikit, terlebih dalam jangka waktu yang lama. Keadaan ini akan berbahaya terutama pada sirkulasi paru dan jantung. (Corwin, 2009)

H.    Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada pasien dengan anemia meliputi :
a)      Penurunan perfusi jaringan perifer b.d. Penurunan fungsi selluler.
b)      Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
c)      Nyeri akut b.d. agens cedera fisik.
d)     Keletihan b.d. anemia.
e)      Penurunan curah jantung
( NANDA INTERNATIONAL, 2015)
NOC dan NIC
a)      Penurunan perfusi jaringan perifer
NOC à Perfusi Adekuat: tanda vital stabil, membran mukos merah muda, capillary refill < 3 detik, haluaran urin adekuat, tidak ada perubahan status mental.
NIC :
·         Pantau tanda vital, capillary refil, membran mukosa
·         Pantau pernafasan
·         Kaji keluahan nyeri dada dan palpitasi
·         Kaji respon verbal dan oreientasi
·         Pertahankan lingkungan dan tubuh yang hangat
·         Kolborasi: pantau hasil lab (Hb, AE, HMT), berikan transfusi (PRC/whole blood) pantau tanda alergi, berikan oksigen sesuai indikasi, siapkan intervensi pembedahan bila indikasi

b)      Intoleransi aktivitas
NOC à Peningkatan toleransi aktivitas
NIC :
·         Kaji kemampuan melakukan aktivitas
·         Pantau tanda vital selama dan sesudah aktivitas
·         Berikan periode istirahat yang cukup
·         Berikan bantuan bila indikasi
·         Management energi
·         Anjurkan pasien menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan dan pusing.

c)      Nyeri Akut
NOC à Pain Control
NIC : Pain Management
·         Kaji komprehensif nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan keparahan nyeri.
·         Kaji faktor – faktor yang dapat memperburuk dan meringankan nyeri pada pasien.
·         Mengajari pasien teknik relaksasi, seperti nafas dalam, terapi music, guidance imagery, distraksi, dll untuk mengurangi nyeri.
·         Menyediakan waktu istirahat yang kondusif untuk pasien.
·         Menyediakan suasana lingkungan yang nyaman untuk pasien.
·         Kolaborasi pemberian obat penghilang nyeri.

d)     Keletihan
NOC à Fatigue level
NIC : Energy Management
·         Kaji status fisiologis pasien terhadap keletihan berdasarkan usia dan perkembangan.
·         Kaji defisit status fisiologi pasien (terapi untuk anemia, dll).
·         Monitor respon kardiorespiratori pasien terhadap keletihan (takikardi, dyspnea, frekuensi nafas).
·         Mengajari pasien tentang pengelolaan aktivitas dan manajemen waktu untuk menghindari keletihan.
·         Menyediakan waktu untuk istirahat pasien.

e)      Penurunan curah jantung
NOC à Circulation Status
NIC : Cardiac Care
·         Kaji sirkulasi perifer pasien (edema, capillary refill, nadi, warna kulit).
·         Monitor tanda-tanda vital.
·         Monitor status kardiovaskuler, respirasi, dan keseimbangan cairan.
·         Mengatur jadwal aktivitas dan istirahat pasien untuk mencegah keletihan.
·         Monitor toleransi aktivitas pasien.
·         Membangun hubungan supportif dengan pasien dan keluarga.
·         Manajemen penurunan stress.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Daftar Pustaka
A. Victor, Hoffbrend, dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. Jakarta: EGC
Corwin, E. J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC
Dochtermen, J.M dan Bulechek, G.M. 2004. Nursing Interventions Classifications (NIC). Philadelphia : Mosby Elsevier.
Halim-Mubin, A. 2001. Panduan praktis ilmu penyakit dalam: diagnosa dan terapi. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2015 – 2017.  Oxford : Wiley Blackwell.
Morehead, Sue dkk. 2004. Nursing Outcomes Classifications (NOC). Philadelphia : Mosby Elsevier.
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses- proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

Sujadnto, Bakta . 2006. Buku Saku Keperawatan Penanganan Anemia. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar