LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) 1
ANEMIA
CIRCULATION AND OXYGENATION
Semester 4
Oleh:
Sri Handayani G1D013037
Rani Perdani Hasri G1D013038
Yola Jatmika Putri G1D013040
Eky Sulistio G1D013041
Naufal Afada G1D013042
Tri Zuniati G1D013043
M Ilyas Al Araafi G1D013046
Sukmawati CitaLestari G1D013047
Tri Poniasih G1D013048
Sarah Rasmita G1D013049
Kelompok 4
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat ini
anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia khususnya anemia
defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak sekolah khususnya remaja.
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit
(red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim
dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Penyebabnya adalah jumlah
zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu
berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia defisiensi besi antara
lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia defisiensi besi, pengetahuan
tentang zat-zat yang memicu dan menghambat absorpsi besi (vitamin C dan teh),
konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik, aspirin, sulfonamide, obat
malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan), luka
bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal (Bakta, 2006).
Anemia
defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin yaitu sebagai
alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai
enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat dari
segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan
untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makan
berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat
absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan
defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi adalah produktivitas
rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya sistem
imunitas tubuh, morbiditas (Bakta, 2006). Oleh karena itu, dilaporan PBL ini
akan membahas lebih dalam tentang anemia yang terjadi pada kasus yang sudah
kami diskusikan.
B.
Tujuan
Mahasiswa
dapat mengetahui :
1. Definisi
Anemia
2. Macam-macam
Anemia
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi
Klinis
6. Penatalaksanaan
7. Proses anemia
menyebabkan penurunan perfusi
8. Masalah
Keperawatan
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Definisi Anemia
1. Anemia
merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar
tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh
(Handayani dan Haribowo, 2008)
2. Anemia dapat
didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per
milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006)
3. Menurut Ahmad
Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah
karena kondisi patologis.
4. Menurut Anie
Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari normal.
B.
Macam-macam Anemia
1.
Anemia hipoproliferatif
a.
Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah
anemia yang disebabkan oleh penurunan sel perkusor dalam sum-sum tulang dan
penggantian sum-sum tulang dengan lemak.
b.
Anemia pada penyakit
ginjal
Anemia pada penyakit
ginjal adalah anemia yang disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritropoetin.
c.
Anemia penyakit kronis
merupakan anemia yang disebabkan adanya penyakit yang kronis sehingga terjadi
penurunan sedang ketahanan hidup sel darah merah.
d.
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi
adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total menurun dibawah tingkat normal
(besi digunakan untuk sintesa hemoglobin).
e.
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik
adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat
menunjukan perubahan yang sama antara sum-sum tulang dan darah tepi, karena
kedua vitamin tersebut essensial bagi sintesi DNA nomal.
2.
Anemia hemolitika turunan.
a.
Sferositosis turunan
Sferositosis turunan
merupakan anemia hemolitika yang ditandai dengan sel darah merah kecil
berbentuk sferis dan pembesaran limpa (splenomegali).
b.
Anemia sel sabit
Anemia sel sanit adalah
anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan
disertai dengan serangan nyeri.
(Smeltzer, 2007)
C.
Etiologi Anemia
Menurut
Tarwoto, dkk (2010) Tidak terpenuhinya konsumsi zat besi. Pada umumnya
masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan
nabati yang kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani,
sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi, serta remaja putri
biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan makanan. Selain itu,
pada remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan zat besi ±1,3
mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria sehingga
zat besi dalam tubuh terus berkurang.
Menurut
Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ
target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah
kejaringan.
b. Mekanisme
kompensasi tubuh terhadap Anemia.
Menurut Anie
Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena:
a. Kandungan zat
besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi kebutuhan
1) Makanan yang
kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang berasal dari hewani (seperti
ikan, daging, hati, ayam)
2) Makanan nabati
(dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua, yang walaupun kaya akan zat
besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus.
b. Meningkatnya
kebutuhan tubuh akan zat besi
1) Pada masa
pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi
meningkat tajam.
2) Pada masa
hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan
janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
3) Pada penderita
menahun seperti TBC.
c. Meningkatnya
pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan darah dapat
menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:
1) Kecacingan
(terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada
dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan
hilangnya darah atau zat besi.
2) Malaria pada
penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya.
3) Kehilangan
darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.
Menurut sumber
lain etiologi penyebab terjadinya anemia yaitu sebagai berikut.
1)
Produksi sel darah merah
tidak mencukupi
2)
Produksi sel darah merah
prematur
3)
Penghancuran sel darah
merah yang berlebihan
4)
Kehilangan darah
5)
Kekurangan nutrisi,
seperti defisiensi besi, asam folat, dan vitamin B12
6)
Faktor genetik
7)
Penyakit kronis
D.
Patofisiologi Anemia
E.
Manifestasi Klinis Anemia
Manifestasi klinis yang akan
terjadi pada penderita Anemia yaitu sebagai berikut.
1) Badan lemah
2) Lelah
3) Lesu
4) Cepat lelah
5) Mata
berkunang-kunang
6) Telinga
mendenging
7) Koilorikia
Koilorikia adalah kuku sendok (spoon nail).
Kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip
sendok
8) Atrofi papila
lidah
Atrofi papila lidah adalah permukaan lidah
yang menjadi licin dan mengkilap karena papila lidah menghilang.
9) Stomatitis
angularis
Stomatitis angularis adalah adanya peradangan
pada sudut mulut, sehingga tampak bercak berwarna pucat keputihan.
10) Disfagia
Disfagia adalah nyeri menelan karena kerusakan
hipofaring.
11) Atrofi mukosa
gaster sehingga menimbulkan klorida.
12) Aktivitas
kurang
F.
Penatalaksanaan Anemia
1. Identifikasi
penyebab anemia dan obati penyebabnya
2. Berikan diet
yang sesuai
3. Berikan
vitamin untuk mendukung memulihkan komponen darah yang hilang.
4. Berikan
preparat zat besi (ferosulfat) 325 mg 3x1 sehari selama paling sedikit 6 bulan
untuk menggantikan cadabgan zat besi (Price & Wilson, 2005).
5. Anjurkan
pasien istirahat yang cukup.
6. Jika Hb <
7% berikan transfusi darah sesuai dengan komponen darah yang hilang
(Halim-Mubin, 2001).
G.
Anemia Menyebabkan Penurunan Perfusi
Semua anemia mengakibatkan penurunan sel darah merah, nilai
hematokrit dan hemoglobin. Salah satu fungsi darah adalah membawa oksigen ke
seluruh organ tubuh. Sekitar 97-98,5 % O2 ditransportasikan dengan
cara berikatan dengan Hb (HbO2 / Oksihaemoglobin). Jika O2 yang
diangkut menurun, maka akan terjadi gangguan karena suplai O2 yang
kurang ke jaringan. Gejala tergantung pada durasi, tingkat keparahan dan usia
penderita serta status kesehatan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan gangguan
perfusi jaringan, dan berdampak pada organ yang mendapat suplai O2
sedikit, terlebih dalam jangka waktu yang lama. Keadaan ini akan berbahaya
terutama pada sirkulasi paru dan jantung. (Corwin, 2009)
H. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada pasien dengan
anemia meliputi :
a)
Penurunan perfusi jaringan perifer b.d. Penurunan
fungsi selluler.
b)
Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan.
c)
Nyeri akut b.d. agens cedera fisik.
d)
Keletihan b.d. anemia.
e)
Penurunan curah jantung
( NANDA INTERNATIONAL, 2015)
NOC dan NIC
a)
Penurunan perfusi jaringan perifer
NOC
à Perfusi Adekuat:
tanda vital stabil, membran mukos merah muda, capillary refill < 3 detik,
haluaran urin adekuat, tidak ada perubahan status mental.
NIC
:
·
Pantau tanda vital,
capillary refil, membran mukosa
·
Pantau pernafasan
·
Kaji keluahan nyeri dada
dan palpitasi
·
Kaji respon verbal dan
oreientasi
·
Pertahankan lingkungan dan
tubuh yang hangat
·
Kolborasi: pantau hasil
lab (Hb, AE, HMT), berikan transfusi (PRC/whole blood) pantau tanda alergi,
berikan oksigen sesuai indikasi, siapkan intervensi pembedahan bila indikasi
b)
Intoleransi aktivitas
NOC à Peningkatan
toleransi aktivitas
NIC :
·
Kaji kemampuan melakukan
aktivitas
·
Pantau tanda vital selama
dan sesudah aktivitas
·
Berikan periode istirahat
yang cukup
·
Berikan bantuan bila
indikasi
·
Management energi
·
Anjurkan pasien
menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, kelemahan
dan pusing.
c)
Nyeri Akut
NOC à Pain Control
NIC : Pain Management
·
Kaji komprehensif nyeri yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan keparahan nyeri.
·
Kaji faktor – faktor yang dapat memperburuk dan
meringankan nyeri pada pasien.
·
Mengajari pasien teknik relaksasi, seperti nafas
dalam, terapi music, guidance imagery, distraksi, dll untuk mengurangi nyeri.
·
Menyediakan waktu istirahat yang kondusif untuk
pasien.
·
Menyediakan suasana lingkungan yang nyaman untuk
pasien.
·
Kolaborasi pemberian obat penghilang nyeri.
d)
Keletihan
NOC à Fatigue level
NIC : Energy Management
·
Kaji status fisiologis pasien terhadap keletihan
berdasarkan usia dan perkembangan.
·
Kaji defisit status fisiologi pasien (terapi untuk
anemia, dll).
·
Monitor respon kardiorespiratori pasien terhadap
keletihan (takikardi, dyspnea, frekuensi nafas).
·
Mengajari pasien tentang pengelolaan aktivitas dan
manajemen waktu untuk menghindari keletihan.
·
Menyediakan waktu untuk istirahat pasien.
e)
Penurunan curah jantung
NOC
à Circulation Status
NIC
: Cardiac Care
·
Kaji sirkulasi perifer pasien (edema, capillary
refill, nadi, warna kulit).
·
Monitor tanda-tanda vital.
·
Monitor status kardiovaskuler, respirasi, dan
keseimbangan cairan.
·
Mengatur jadwal aktivitas dan istirahat pasien untuk
mencegah keletihan.
·
Monitor toleransi aktivitas pasien.
·
Membangun hubungan supportif dengan pasien dan
keluarga.
·
Manajemen penurunan stress.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Daftar
Pustaka
A. Victor,
Hoffbrend, dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4. Jakarta: EGC
Corwin,
E. J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku
Edisi 3. Jakarta: EGC
Dochtermen,
J.M dan Bulechek, G.M. 2004. Nursing
Interventions Classifications (NIC). Philadelphia : Mosby Elsevier.
Halim-Mubin, A. 2001.
Panduan praktis ilmu penyakit dalam: diagnosa dan terapi. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H
dan Kamitsuru, S. 2014. NANDA
International Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2015 – 2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Morehead, Sue
dkk. 2004. Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Philadelphia : Mosby Elsevier.
Price, S. A & Wilson, L.
M. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses- proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer C.
Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Edisi 8. Jakarta: EGC
Sujadnto, Bakta . 2006. Buku
Saku Keperawatan Penanganan Anemia. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar